
Padang, fajarsumbar.com – Meski wabah pandemi Covid-19, Institut Teknologi Padang (ITP) tetap diburu mahasiswa baru. Hal itu terbukti pada tahun akademik 2020-2021 jumlah mahasiswa yang mendaftar ke kampus ternama di Kota Padang tersebut naik 10 persen dari tahun akademik sebelumnya.
Hal itu dibenarkan Rektor ITP Rektor, Ir. Hendri Nofrianto, MT kepada fajarsumbar.com, Senin (9/11/2020) di ruang kerjanya. Mahasiswa baru yang mendaftar ke ITP tahun akademik 2020 – 2021 berjumlah 574 orang atau mengalami peningkatan lebih dari 10 persen. Dibanding tahun akademik 2019 – 2020, hanya berjumlah 465 orang untuk mengisi 9 program studi (prodi).
Tingginya minat mahasiswa baru untuk kuliah di ITP itu tentu tidak lepas dari kualitas perguruan itu yang cukup ternama, tidak saja di Kota Padang, tapi juga di luar provinsi di Sumbar. Mahasiswa yang kuliah di PT tersebut banyak juga di luar provinsi Sumatera Barat.
Meningkatnya jumlah mahasiswa baru itu juga tidak lepas dari kerja keras antara sesama karyawan ITP yang masih muda dan energik serta menguasai pekerjaan bidang multi media dan sistem informasi.
Di sisi lain, rektor menyebutkan, mewabahnya pandemi Covid-19, ITP sejak pertengahan Maret, melaksanakan kuliah online antara dosen dan mahasiswa dari rumah atau Work From Home (WFH).
Diakui, wabah pandemi Covid-19 ini merupakan kejutan bagi dunia pendidikan, termasuk ITP, sehingga seluruh program yang telah rancang sebelumnya mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi, seperti penerimaan mahasiswa baru yang semula direncanakan secara go to school, namun karena pandemi Covid-19, maka dilaksanakan secara online.
“Jadi seluruh informasi, penerimaan mahasiswa baru dan kegiatan kuliah diupayakan melalui online dengan penguatan melalui jaringan webset, kemudian melalui instagram yang diberi nama IGTV,” jelasnya.
Disebutkan, dalam Instagram atau IGTV, juga dibuat suatu karya serta program pendidikan dan dibahas dengan mengundang beberapa pakar pendidikan.
Hasilnya, antara lain terkait penerimaan mahasiswa baru, tentang proses dan informasi penerimaan mahasiswa baru serta kegiatan kuliah di tengah pandemi Covid-19.
Tantangan yang akan dihadapi ITP di tengah pandemi Covid-19 ini, diduga jumlah dari penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik 2020-2021, akan mengalami penurunan, namun hal ini tidak terbukti dan ternyata tidak menyurutkan semangat calon mahasiswa baru untuk melanjutkan pendidikan di ITP.
Menyinggung tentang platform yang digunakan untuk kuliah daring bagi mahasiswa, menurut Hendri, awal smester genap 2019 – 2020, tepatnya 15 April 2020 atau minggu kedua dosen dan mahasiswa belajar dari rumah, bisa menggunakan berbagai platform seperti WA dan lainnya.
Seiring berjalannya waktu tidak sampai 1 bulan mahasiswa belajar dari rumah, kemudian pada 15 April Rektor ITP kembali mengeluarkan surat edaran, agar kuliah daring dianjurkan memakai Video Cloud-X aplikasi Telkomsel, namun tidak pakai Zoom.
Penggunaan Video Cloud-X ini dipersiapkan untuk 10 kelas, agar penjadwalannya sama dengan kondisi offline di kampus, sehingga tidak seenaknya saja dosen membuat jadwal kuliah. Tapi kelemahanannya kadang-kadang agak lelet.
“Seiring berjalannya kuliah daring bagi mahasiswa baru di semester ganjil tahun akademik 2020- 2021, kita perlu memberikan apresasi dan mengucapkan terimakasih kepada pemerintah, karena pemerintah peduli terhadap pendidikan,” tambahnya.
Dengan kepedulian itu pemerintah memberikan paket internet sebesar 50 GB untuk seluruh dosen dan mahasiswa ITP.
Untuk mendukung aplikasi di lapangan, ITP berpindah lagi menggunakan Google Suite dengan pendaftaran awal, ITP membayar sebesar Rp10 juta dan bisa memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada di Google Suite, seperti Google Classroom.
Untuk file tidak perlu lagi memakai flashdisk cukup dengan menyimpan dan mengirim seluruh file maupun bahan ajar yang dikombinasikan dengan sistem informasi (Sispo) kampus ITP.
Disebutkan, setelah minggu kelima dari pelaksanaan kuliah daring, tidak ada komplain baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa.
Melalui kuliah daring dengan menggunakan Google Suite itu, maka presensi dosen 10 menit jelang kuliah telah bisa memasukan presensinya.
Dalam presensi itu ada nama mahasiswa seperti daftar hadir serta bisa pula melihat mahasiswa dan melakukan absen.
Pembuktian dari sistem itu, sebut Hendri lagi, dosen harus membuktikan dengan bahan ajar serta foto mahasiswa sedang belajar daring dan dipindahkan ke Google Suite.
Disisi lain, ungkap Hendri, sistem informasi ITP yang diberi nama Integrated Management System (IMS). “Seharusnya Januari ini nanti baru dijalankan, karena terkait pandemi ditarik kedepan atau lebih cepat dilaksanakan satu tahun dari jadwal yang telah ditentukan semula,” tambahnya lagi.
Sebagai presentasi kehadiran dosen dan karyawan ITP saat ini, tidak lagi menggunakan finger, namun telah menggunakan hand phone (HP) yang didukung dengan IMS. Hanya bisa digunakan, setelah dosen dan karyawan memasuki kawasan kampus. (rony dz/ab)